Rebutan Tambang Emas dan Perampokan Bersenjata di Pulau Buru
Kemarin, Kamis (12/7) di Mabes Polri Jl.
Trunojoyo No. 3 Jakarta, Kepala Biro Penerangan Umum Polri Kombes Pol
Agus Rianto mengatakan bahwa sedikitnya 4 (empat) orang tewas dalam
bentrokan di kawasan Gunung Botak, Desa Wamsait, Kec. Waeapo, Kab. Buru, Maluku pada hari Rabu (11/7) sekitar pukul 13.30 Wit.
Bentrokan
berawal dari puluhan warga dari Kec. Ambalau menyerang masyarakat adat
yang berada di areal tambang di kawasan Gunung Botak. Mereka menggunakan
senjata tajam, parang dan tombak dalam melakukan aksinya, hingga
mengakibatkan empat orang meninggal dunia, yakni 1 orang warga Kec.
Ambalau, 1 orang masyarakat adat, 1 orang warga pendatang asal
Tasikmalaya dan 1 orang warga pendatang asal Manado, sementara seorang
warga Kec. Ambalu juga mengalami luka akibat terkena benda tajam yang
kini tengah dirawat di Rumah Sakit Umum (RSU) Namlea.
Bentrokan
berdarah tersebut merupakan kelanjutan dari bentrokan yang terjadi pada
15 Mei 2012 lalu di lokasi yang sama dan sempat menimbulkan korban jiwa
pula. Diduga pemicu bentrokan adalah perebutan lahan tambang, dimana di
lokasi kejadian memiliki kandungan emas yang cukup tinggi. Masyarakat
adat di sana mengklaim dan merasa itu miliki mereka, sehingga kelompok
lain khususnya warga Kec. Ambalau tidak senang dan akhirnya timbulah
konflik yang memakan korban.
Mendengar peristiwa itu, aparat Kepolisian langsung mengerahkan satu pleton personil Shabara dan Brimob yang juga dibantu oleh personil TNI untuk melakukan pengamanan, meski sempat terhambat oleh kondisi jalan yang terputus menuju lokasi kejadian akibat banjir dan longsor, sebanyak 60 orang aparat keamanan tersebut berhasil tiba di TKP dan langsung mengendalikan situasi.
Perampokan terhadap pendulang emas
Masih di Pulau
Buru, pada hari Selasa (10/7) lalu sekitar pukul 02.30 Wit telah terjadi
perampokan bersenjata oleh orang tak dikenal (OTK) terhadap satu
keluarga pendulang emas di Km 17 Desa Perbulu, Kec. Mako, Kab. Buru
dengan kerugian berupa emas 2 (dua) kilogram dan uang tunai milyaran
rupiah berhasil dibawa kabur perampok, tidak hanya itu saja para
korbannya juga dianiaya secara sadis oleh pelaku dan hingga kini masih
dalam perawatan medis di RSU Namlea. Mereka adalah sepasang pasutri
bernama Sirajuddin dan Sri serta seorang penghuni rumah lainnya yang
bernama Hasbullah. Ketiganya mengalami luka parah pada sekujur tubuhnya
masing-masing.
Tak hanya melukai para korban, perampok sempat menodongkan senjata api berupa pistol ke arah para korban dan selanjutnya mengambil emas dan uang tunai milik korban. Saat hendak meninggalkan rumah korban, satu tembakan dilepaskan untuk menakuti warga setempat.